Desain Museum Batik Indonesia dengan Tema Perjalanan Warisan Budaya Nusantara

Batik sebagai warisan turun temurun budaya bangsa Indonesia telah menjadi salah satu kebanggan Nusantara yang kuat dan berkarakter. Fraktal dan elemen repetisi yang menjadi esensi dalam batik diterapkan pada gubahan massa museum yang meruang, menciptakan kontinuitas sirkulasi bagi pengunjung. 

Gubahan massa museum yang dominan horizontal bermaksud untuk menyeimbangkan konteks sekitar yang vertikal, hadir dalam ekspresi yang tenang dan bentuk yang geometris. Kelembutan dan keindahan batik dibalut dalam massa yang rendah hati, namun justru menjadi karakter tersendiri pada konteksnya tanpa harus “berteriak'.

Prinsip desain berkelanjutan diterapkan melalui penggunaan wetland sebagai area resapan dan pengolahan limbah batik sebelum dibuang ke riol kawasan TMII, dan juga untuk menjaga kebersihan dan biota air di kawasan danau TMII. 

Material-material ramah lingkungan juga banyak digunakan pada pengolahan lanskap untuk memperbesar area resapan air. Tidak hanya diwujudkan melalui penggunaan material semata, prinsip keberlanjutan yang dibawa juga ditujukan untuk menciptakan perilaku bebas asap dan budaya berjalan kaki. 

Area drop off ditujukan bagi tamu VVIP saja, lalu disediakan lahan parkir komunal yang ditujukan untuk memulai dan membiasakan budaya berjalan kaki. Prinsip keberlanjutan yang dibawa diharapkan dapat menimbulkan green and sustainable behaviour.